Akhir-akhir
ini kita dipertontonkan sebuah adegan menarik,pertunjukan yang spektakuler.
Permainan ini cukup memukau mata dan telinga yang menyimaknya. Begitulah kira-kira
ketika satu adegan pemerannya actor terpopuler. Sebenarnya,Kita tidak asing
lagi dengan nama SBY dan Anas Urbaningrum, karena kedua sosok ini tokoh
nasional. Kedua orang inilah yang dimaksudkan
sebagai actor yang mampu mengusik
ketenangan republik ini. Kita,orang awam, sebelum meraskan kekecewaan yang
sangat menyayat hati, akan heran dan tercengang melihat duet maut ini, pasangan
dua insan santun, yang seakan-akan telah mengikat janji tidak akan pernah
berpisah sehidup semati. Ikatan itu terjalin saat Anas Urbaningrum dinobatkan
sebagai anak emas dalam bahtera rumah tangga SBY,Demokrat. Namun bagi
sodara,bagi mereka yang paham dengan pertunjukan itu, yang mengerti dengan
permainan itu,tentu tidak akan berdampak apa-apa,karena mungkin merasa bahwa
dirinya sama-sama actor,sama-sama artis yang hanya belum tenar kepopulerannya,
belum ketahuan kalau telah menjadi penyakit bangsa ini. Nah, sekarang
kita,orang awam cukup tersakiti, karena kedua actor utama tersebut lain dibibir
lain dihati.
Pada paro perjalanan bahtera rumah
tangga SBY, usut punya usut, Anas sudah dianggap nyelenih, tidak mematuhi
aturan rumah tangga. dianggap telah membuat keonaran yang bisa menyebakan
keretakan Demokrat. Maka,demi alasan
keutuhan rumah tangga, SBY dengan tegas memberikan kebebasan dengan cara
membuatkan Pakta Integritas kepada Anas untuk segera menyelesaikan persoalan
yang diperbuat dengan tidak membawa keluarga besarnya, Demokrat. Kenekatan Anas yang dimksud karena telah
berani bermain dengan keluarga besar yang dikenal anti teror dan tak mau
kompromi,yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keluarga yang dinahkodai
Abraham Samad ini telah menemukan adanya indikasi dan pada akhirnya terbukti,
bahwa , Anas telah melakukan tindakan amoral yang menyakitkan rakyat Indonesia
dengan menelikung dana hambalang. Namun disisi lain, dengan jiwa lakinya, Anas menyatakan
sikap keluar dari barisan keluarga Demokrat karena merasa dirinya dianggap sebagai
anak yang kelahirannya tidak diharapkan. Bahkan memberikan perlawanan serius, mengancam
akan membuka lembaran menu keluarga besar SBY satu persatu. Entah perlawan Anas
ini karena merasa dirinya tidak bersalah atau justru dirinya dianggap terlalu
banyak menyimpan kue persekawanan. Kita
sama-sama menunggu, karena catatan harian anas inilah yang dinanti-nanti oleh
seluruh rakyat di republik ini. apa isinya,siapa actor selanjutnya. Akankah
catatan Anas ini berisi nama-nama actor hambalang, century dan seterusnya. Kita
ikuti dengan seksama lembaran berikutnya sembari mendengar nyanyian Anas.
Nah, inilah sebenarnya dinamika
politik yang harus dicermati dengan bijak. mengutip statement sahabat Jabidi
Ritonga, SEKJEND PB.PMII” jangan latah, sehingga
menjadi kuda tunggangan,menjadi alat kekuasan. Ada sekelompok orang ingin
menjadi pahlawan penegakan hukum, sedangkan yang bersangkutan adalah koruptor.
Dulu diam, sekarang bersuara seakan terdzolimi. Kita harus bisa membedakan
fakta hukum dengan fakta politik, jangan menjadi alat kemarahan”. Dari ungkapan
sahabat Jabidi ini, menurut saya, seyogyanya
kita mempertayakan kemana Anas Urbaningrum selama ini, kenapa baru akan membuka
ada kongkalikong dalam tubuh demokrat saat dirinya terjerambab seperti sekarang,
kenapa tidak dari dulu sejak menelihat kemunafikan itu terjadi. Dengan fakta hukum
seperti sekarang ini,publik akan
memberikan penilaian menus pada figur politik, lebih-lebih kepada Anas
Urbaningrum.Ternyata politisi baru akan bersuara lantang kalau dalam kondisi
yang mematikan dirinya. apalagi mengingat AU dan kedua koleganya Anggie dan
Andi mallarangngeng sebagai bintang utama yang getol menantang tindakan korupsi
dengan jargon demokrat ” KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI”, teryata mereka sama-sama
menjadi tersngaka dan bahkan anggie sudah dijatuhi hukuman, jika begini, lengkaplah
sudah kekecewaan yang dirasakan oleh bangsa ini,karena tokoh muda yang dianggap
bersih ternyata tidak jauh beda dengan predator bertopeng emas.
Sekarang,
SBY sebagai Presiden seharusnya menjadi simbol Negara,pengayom bagi seluruh
rakyat Indonesia bukan hanya pertai yang dipimpinnya. bukannya kesetiaan kepada
partai berkhir sejak dia dilantik sebagai pemimpin. Tapi, faktanya SBY justru
memberikan contoh politik yang tidak mendidik, kepanikan SBY dengan sikap Anas
meninggalkan kesan bahwa dirinya tersangkut banyak persoalan dengan Negara ini.
Masih banyak persoalan yang lebih penting untuk diselesaikan. kasus penembakan
papua, kasus kekerasan disampang, pengangguran,kemiskinan dan kelaparan dimana-mana.
anenhnya, kenapa SBY galau saat
mengetahui Anas Urbaningrum memiliki buku harian?? Salam damai ala saya pribadi.
Oleh : M. Ali
Wahdi. (Kader PMII)
0 komentar:
Posting Komentar