Minggu, 10 Maret 2013

BUKU HARIAN ANAS GALAUKAN SBY


Akhir-akhir ini kita dipertontonkan sebuah adegan menarik,pertunjukan yang spektakuler. Permainan ini cukup memukau mata dan telinga yang menyimaknya. Begitulah kira-kira ketika satu adegan pemerannya actor terpopuler. Sebenarnya,Kita tidak asing lagi dengan nama SBY dan Anas Urbaningrum, karena kedua sosok ini tokoh nasional. Kedua  orang inilah yang dimaksudkan sebagai actor yang  mampu mengusik ketenangan republik ini. Kita,orang awam, sebelum meraskan kekecewaan yang sangat menyayat hati, akan heran dan tercengang melihat duet maut ini, pasangan dua insan santun, yang seakan-akan telah mengikat janji tidak akan pernah berpisah sehidup semati. Ikatan itu terjalin saat Anas Urbaningrum dinobatkan sebagai anak emas dalam bahtera rumah tangga SBY,Demokrat. Namun bagi sodara,bagi mereka yang paham dengan pertunjukan itu, yang mengerti dengan permainan itu,tentu tidak akan berdampak apa-apa,karena mungkin merasa bahwa dirinya sama-sama actor,sama-sama artis yang hanya belum tenar kepopulerannya, belum ketahuan kalau telah menjadi penyakit bangsa ini. Nah, sekarang kita,orang awam cukup tersakiti, karena kedua actor utama tersebut lain dibibir lain dihati.
            Pada paro perjalanan bahtera rumah tangga SBY, usut punya usut, Anas sudah dianggap nyelenih, tidak mematuhi aturan rumah tangga. dianggap telah membuat keonaran yang bisa menyebakan keretakan  Demokrat. Maka,demi alasan keutuhan rumah tangga, SBY dengan tegas memberikan kebebasan dengan cara membuatkan Pakta Integritas kepada Anas untuk segera menyelesaikan persoalan yang diperbuat dengan tidak membawa keluarga besarnya, Demokrat.  Kenekatan Anas yang dimksud karena telah berani bermain dengan keluarga besar yang dikenal anti teror dan tak mau kompromi,yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keluarga yang dinahkodai Abraham Samad ini telah menemukan adanya indikasi dan pada akhirnya terbukti, bahwa , Anas telah melakukan tindakan amoral yang menyakitkan rakyat Indonesia dengan menelikung dana hambalang. Namun disisi lain, dengan jiwa lakinya, Anas menyatakan sikap keluar dari barisan keluarga Demokrat karena merasa dirinya dianggap sebagai anak yang kelahirannya tidak diharapkan. Bahkan memberikan perlawanan serius, mengancam akan membuka lembaran menu keluarga besar SBY satu persatu. Entah perlawan Anas ini karena merasa dirinya tidak bersalah atau justru dirinya dianggap terlalu banyak menyimpan kue persekawanan.  Kita sama-sama menunggu, karena catatan harian anas inilah yang dinanti-nanti oleh seluruh rakyat di republik ini. apa isinya,siapa actor selanjutnya. Akankah catatan Anas ini berisi nama-nama actor hambalang, century dan seterusnya. Kita ikuti dengan seksama lembaran berikutnya sembari mendengar nyanyian  Anas.
            Nah, inilah sebenarnya dinamika politik yang harus dicermati dengan bijak. mengutip statement sahabat Jabidi Ritonga, SEKJEND PB.PMII”  jangan latah, sehingga menjadi kuda tunggangan,menjadi alat kekuasan. Ada sekelompok orang ingin menjadi pahlawan penegakan hukum, sedangkan yang bersangkutan adalah koruptor. Dulu diam, sekarang bersuara seakan terdzolimi. Kita harus bisa membedakan fakta hukum dengan fakta politik, jangan menjadi alat kemarahan”. Dari ungkapan sahabat Jabidi ini,  menurut saya, seyogyanya kita mempertayakan kemana Anas Urbaningrum selama ini, kenapa baru akan membuka ada kongkalikong dalam tubuh demokrat saat dirinya terjerambab seperti sekarang, kenapa tidak dari dulu sejak menelihat kemunafikan itu terjadi. Dengan fakta hukum seperti sekarang  ini,publik akan memberikan penilaian menus pada figur politik, lebih-lebih kepada Anas Urbaningrum.Ternyata politisi baru akan bersuara lantang kalau dalam kondisi yang mematikan dirinya. apalagi mengingat AU dan kedua koleganya Anggie dan Andi mallarangngeng sebagai bintang utama yang getol menantang tindakan korupsi dengan jargon demokrat ” KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI”, teryata mereka sama-sama menjadi tersngaka dan bahkan anggie sudah dijatuhi hukuman, jika begini, lengkaplah sudah kekecewaan yang dirasakan oleh bangsa ini,karena tokoh muda yang dianggap bersih ternyata tidak jauh beda dengan predator bertopeng emas.
Sekarang, SBY sebagai Presiden seharusnya menjadi simbol Negara,pengayom bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya pertai yang dipimpinnya. bukannya kesetiaan kepada partai berkhir sejak dia dilantik sebagai pemimpin. Tapi, faktanya SBY justru memberikan contoh politik yang tidak mendidik, kepanikan SBY dengan sikap Anas meninggalkan kesan bahwa dirinya tersangkut banyak persoalan dengan Negara ini. Masih banyak persoalan yang lebih penting untuk diselesaikan. kasus penembakan papua, kasus kekerasan disampang, pengangguran,kemiskinan dan kelaparan dimana-mana.  anenhnya, kenapa SBY galau saat mengetahui Anas Urbaningrum memiliki buku harian?? Salam damai ala saya pribadi.
Oleh : M. Ali Wahdi. (Kader PMII)


0 komentar:

Posting Komentar